Kegiatan Mencocok Pola pada Anak Usia Dini dapat Mengembangkan Fisik Motorik Halus Anak.

Suasana KBM di TK Diponegoro 140 Rawalo, Banyumas – Jawa Tengah

RadarJateng.com, Pendidikan Keterampilan motorik halus adalah keterampilan yang membutuhkan seorang anak untuk memanipulasi dan mendapatkan kontrol otot otot kecil atas berbagai bahan dan alat. Komponen keterampilan motorik halus meliputi: a) Memahami-misalnya menggunakan pensil, krayon, kuas; b) Memanipulasi plastisin, misalnya, tanah liat, menjahit, gunting, dan fingerpainting; dan c) Koordinasi mata dan tangan, misalnya menulis. Perkembangan fisik pada masa anak-anak ditandai dengan berkembangnya keterampilan motorik, baik kasar maupun halus. Motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat, yaitu koordinasi mata tangan, menggunakan benda-benda kecil, menggambar.mencocok,menggunting,menjahit dll.

Perkembangan handedness adalah salah satu hal penting yang berhubungan dengan motorik halus seseorang. Penggunaan tangan yang dominan (handedness) mulai tampak permanen saat anak mulai memasuki TK/RA. Saat ini, anak telah menentukan tangan mana yang lebih dominan untuk meraih, memegang, atau memanipulasi obyek. Sejalan dengan itu menjadi hal yang sangat sulit untuk mengubah tangan dominannya. Penggunaan tangan dominan ini dipengaruhi oleh faktor bawaan dan pengaruh lingkungan

Sekitar usia 3 tahun, anak sudah dapat berjalan dengan baik, dsan sekitar usia 4 tahun anak hampir menguasai cara berjalan orang dewasa. Gerakan motorik dalam kesehariannya, motorik halus dapat ditemukan saat anak melakukan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangannya, misalnya, menyusun puzzle, memegang gunting, memegang sendok saat makan, atau memegang pensil. Pada usia 4 tahun, koordinasi gerakan motorik halus anak sudah berkembang bahkan hampir sempurna. Perkembangan motorik masa anak-anak awal usia 3-4-5 tahun pada dimensi motorik halus menurut bahwa anak mampu mengancingkan baju, meniru bentuk sederhana, dan membuat gambar sederhana. Pada usia 5 hingga 6 tahun, koordinasi gerakan motorik halus berkembang pesat. Oleh karena itu, anak sudah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, atau tubuh secara bersamaan. Hal ini dapat dilihat saat anak menulis atau menggambar.

Read More

Dalam hal ini anak usia dini berada dalam masa emas perkembangan, terutama motoric kasar, anak menyenangi kegiatan fisik dan mulai mengembangkan keterampilan baru serta memperbaiki keterampilan sebelumnya. Berbeda dengan motorik halus yang berkembang lebih lamban, tetapi tetap dibantu dengan menyediakan kesempatan seluasnya-luasnya,begitupun peralatan dan bahan yang sesuai dan dukungan yang terus menerus diberikan kepada anak,adapun masalah atau kesulitan yang dihadapi anak dalam pengembangan motorik halus yaitu belum bisa mencocok sesuai pola dengan ketepatan,ketelitian, juga kerapihan yang sangat baik.Aktivitas pengembangan motoric halus anak taman kanak-kanak sangat bermanfaat untuk melatih keterampilan koordinasi motorik anak diantaranya koordinasi antara tangan dan mata yang dapat dikembangkan melalui kegiatan bermain. Adapun tujuan dari pengembangan motoric halus yaitu: mampu memfungsikan otot-otot kecil, seperti gerakan jari tangan, mampu mengkoordinasi kecepatan tangan dan mata.

Kegiatan Mencocok Pola di TK Diponegoro 140 Rawalo, Banyumas – Jawa Tengah

Teori yang mendukung Pentningnya Mencocok Pola bagi Anak

Perkembangan dan pertumbuhan anak dapat diuraikan dalam beberapa butir pemikiran yang dilihat dari berbagai sudut pandang/aliran yang berbeda. Maka dari itu teori yang mendukung pentingnya mencocok pola sederhana bagi anak dilihat dari sudut pandang/aliran secara teoritis dikemukakan oleh Nuraini (2012) meliputi :

  1. Teori Maturationis. Teori maturationis (kematangan) pertama kali oleh Hall, Rousse dan Gesell di mana ketiganya percaya bahwa anak-anak harus diberi kesempatan untuk berkembang. Seorang anak diumpamakan seperti benih yang ditabur yang berisi semua unsur-unsur untuk menghasilkan buah apel yang sangat bagus jika diberi gizi dari lahan, air, sinar matahari, dan suatu iklim yang ideal dalam jumlah yang sesuai. Teori maturationis menyakini bahwa perkembangan fisik, sosial emosional, dan intelektual mengikuti tahapan perkembangan dari setiap anak yang pada dasarnya berbeda-beda. Mereka percaya bahwa setiap anak akan mengembangkan potensi mereka apabiala mereka ditempatkan di dalam lingkunagan yang optimal dan perkembangan mereka akan menjadi lambat atau bahkan tertinggal apabila lingkungan tidak sesuai.
  2. Teori Interaksi. Teori interaksi atau perkembangan ditemukan Piaget, ia percaya bahwa anak-anak itu membangun pengetahuannya melalui intraksi dengan lingkungan. Anak-anak bukanlah suatu objek penerima pengetahuan yang pasif, melainkan mereka dengan aktif melakukan pengaturan pengalaman mereka ke dalam setruktur mental yang komplek.
  3. Teori Psikoanalisis. Di dalam teori psikoanalisis menurut SigmundFreud yang menggambarkan perkembangan dan pertumbuhan anak-anak. Di dalam terminologi dikatakan bahwa anak-anak bergerak melalui langkah-langkah yang yang berbeda dengan tujuan dengan tujuan untuk mencari kepuasan yang berasal dari sumber yang berbeda, dimana mereka juga harusberusaha untuk menyeimbangkan keadaan tersebut dengan harapan orang tua. Kebanyakan orang belajar untuk mengendalikan perasaan mereka dan juga harus berusaha agar dapat diterima di dalam lingkungan sosial serta untuk mengintegrasikan diri mereka. Dan dalam teori ini manusia dipandang sebagai makhluk biologi yang kompleks, baik dalam hal sosial, emosional, dan juga sebagai suatu organisme yang dapat berpikir.

Perkembangan handedness adalah salah satu hal penting yang berhubungan dengan motorik halus seseorang. Penggunaan tangan yang dominan (handedness) mulai tampak permanen saat anak mulai memasuki TK/RA. Saat ini, anak telah menentukan tangan mana yang lebih dominan untuk meraih, memegang, atau memanipulasi obyek. Sejalan dengan itu menjadi hal yang sangat sulit untuk mengubah tangan dominannya. Penggunaan tangan dominan ini dipengaruhi oleh faktor bawaan dan pengaruh lingkungan

Mencocok yang dimaksud adalah kegiatan melubangi bagian tepi sebuah obyek gambar, dan biasanya yang menjadi sasaran atau batasan yang dicocok atau tusuk telah dibuat alat bantu berupa titik-titik, sehingga anak akan mudah menempatkan jarum di titik itu. Setelah gambar selesai dicocok secara menyeluruh, maka anak diperintahkan untuk melepas obyek gambar itu dan menempelkan pada media yang telah ditentukan. Aktivitas mainan edukatif ini merangsang anak untuk kreatif. Untuk melakukan kegiatan ini diperlukan alat untuk mencocok, yakni sejenis jarum, yang sudah diberi pegangan dari kayu dan bantalan, agar bisa mencocok ringan secara pas di tepi obyek, jarum bisa lebih ringan menembus kertas bergambar. Anak akan merasa senang dan puas dalam memperagakan mainan edukasi ini.

Bahan untuk kegiatan keterampilan mencocok adalah kertas, merupakan bahan pokok dalam kegiatan mencocok dan sangat mudah didapatkan serta termasuk harga yang relatif murah, baik kertas berwarna maupun kertas dasar (polos). Untuk kegiatan mencocok bagi anak usia dini sebaiknya guru meyediakan kertas yang agak tipis dan lentur, karena kertas tipis akan lebih mudah dicocok dan lebih mudah dikerjakan oleh anak, seperti kertas origami. Teknik pada kegiatan mencocok, sebaiknya di pandu oleh dua orang pendidik. Satu orang mengajak anak untuk mencocok, sedangkan satu orang lagi membimbing anak satu-persatu dengan cara ikut bekerja dengan anak memprakekkan cara mencocok. Obyek gambar yang ada akan dicocok diletakkan di atas bantalan, kemudian anak-anak diarahkan untuk mencocok kertas yang berisi obyek gambar sesuai dengan pola titik yang ada. Setelah selesai mengitari pola, gambar dilepas lalu ditempel di obyek yang telah disediakan.

Manfaat mencocok di antaranya adalah: (1) Melatih kreatifitas,  motorik halus dan emosi anak usia dini (2)Melatih imajinasi anak melatih koordinasi mata dengan  tangan, (3) Melatih otot-otot jari persiapan pada tahap belajar memegang alat tulis, menyalurkan emosi anak ke lembar gambar cocok, dan melatih kesabaran serta ketelatenan

Penulis, Ruswati, S.Pd Guru TK Diponegoro 140 Rawalo, Banyumas – Jawa Tengah

Related posts