Permainan Scrable Untuk Meningkatkan Reading Comprehension Narrative Text.

Ibu Eva Saranta Dewi, S.Pd. ( Guru Bahasa Inggris ) SMP Negeri 4 Comal, Pemalang – Jawa Tengah

RadarJateng.com, Pendidikan Permainan scrable merupakan permainan menyusun huruf-huruf lepas menjadi kata. Permainan ini dilakukan oleh 2 orang atau 4 orang dengan berhadapan. Dalam permainan ini  disediakan huruf-huruf lepas yang jumlahnya cukup banyak. Jumlah huruf vocal lebih banyak dari pada huruf konsonan. Hal ini karena huruf vocal banyak digunakan. Huruf-huruf yang jarang digunakan dalam bahasa Inggris jumlahnya relative sedikit.

Permainan scrable ini dimulai dengan membagi huruf-huruf kepada peserta permainan. Jumlah huruf masing-masing peserta sama banyak. Huruf-huruf itu diletakkan di meja dalam keadaan terbalik agar peserta tidak mengetahui huruf apa yang diambil.   Orang pertama  diberi kesempatan untuk menyusun huruf-huruf menjadi satu kata di papan permainan yang disediakan. Lawan main yang ada di hadapannya melanjutkan menambah huruf yang sudah ada menjadi kata yang lain. Jika lawan main tidak dapat menambah huruf menjadi kata karena kesulitan maka lawan main ini menyatakan pas dan dilanjutkan lawan main yang lain. Demikian seterusnya sampai huruf mas yang dimiliki peserta habis. Masing-masing huruf ada tulisan angka yang merupakan nilai dari kata yang disusun oleh peserta permainan. Peserta yang mendapat nilai paling banyak itulah pemenangnya.

Permainan scrable ini biasa dilakukan oleh para remaja bahkan orang tua. Mereka mengisi waktu luang untuk mengasah kemampuan vocabulary bahasa Inggris. Satu kali main bisa membutuhkan waktu kurang lebih setengah jam.

Read More

Kaitannya dengan pembelajaran bahasa Inggris, permainan scable atau scramble dapat disederhanakan. Dalam hal ini scrable yang digunakan adalah scrable kata,  scrable kalimat dan scrable wacana.  Aryani and Mila (2014)  menyarankan dalam permainan ini kalimat yang digunakan kalimat yang sedehana sehingga mudah menyusunnya.

Situasi awal pada pembelajaran reading comprehension narrative text  siswa kurang aktif dalam mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru. Pada kerja kelompok siswa pasif tidak tergerak untuk kerja sama dalam teman satu kelompoknya. Karena kosakata yang dimiliki siswa masih sedikit sehingga siswa kesulitan untuk memahami text. Di samping itu metode pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang membuat siswa aktif.

Menghadapi situasi yang tersebut di atas guru perlu mengambil langkah strategis yang bisa menggugah semangat siswa untuk belajar bahasa Inggris. Dalam hal ini guru mengambil langkah menggunakan media permainan scrable/scramble pada pembelajaran reading comprehension narrative text. Permainan ini cukup menggugah semangat siswa untuk menyelesaikan tugas dan meningkatkan kemampuan membaca. Saroh and Damaianti (2017) mengungkapkan dalam scramble siswa merasa senang dengan pembelajaran karena mereka seolah sedang bermain sekaligus belajar. Siswa juga merasa terpacu untuk segera menyelesaikan permainan agar tidak tertinggal dengan teman lain. Dalam kerja kelompok juga mereka juga tergerak untuk berkompetisi dengan kelompok yang lain sehingga pembelajaran hidup dan semua siswa aktif saling membantu satu sama lain dalam satu kelompoknya.

Suasana KBM di SMP Negeri 4 Comal, Pemalang – Jawa Tengah

Langkah-langkah penggunaan permainan scrable dalam pembelajaran reading comprehensioan adalah memilih text narrative yang akan dijadikan materi pembelajaran. Text tersebut diketik lengkap per kalimat per paragraph. Ukuran huruf yang digunakan adalah ukuran besar. Minimal ukuran 48. Hal ini dimaksudkan agar mudah pemotongan dan pengelompokkannya. Kalimat yang sudah diketik dalam ukuran besar dipotong per kata, dijadikan satu secara acak dan distaples per kalimat. Jika dalam satu paragraph ada 5 kalimat maka per kelompok mendapat 5 bendel kata. Banyaknya bendelan yang disiapkan disesuaikan dengan banyaknya kelompok.

Permainan scrable ini dilakukan pada saat langkah pembelajaran Join Construction of the Text. Langkah ini merupakan salah satu langkah dalam metode Genre Based Approach. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa. Setiap kelompok mendapat bendel kata tiap kalimat per paragraph sesuai dengan jumlah paragraph text narrative yang diberikan.

Langkah berikutnya adalah siswa bekerja sama dalam kelompok untuk menyusun kata-kata acak menjadi kalimat. Ini dilakukan sesuai dengan banyaknya bendelan kata yang diterima oleh masing-masing kelompok. Setelah kata-kata sudah disusun menjadi kalimat-kalimat yang benar, siswa menyusun kalimat itu menjadi paragraph. Jumlah paragraph yang disusun sesuai dengan banyaknya paragraph yang ada dalam narrative text. Kegiatan siswa dalam kelompok berikutnya menyusun paragraph yang masih acak tersebut menjadi narrative text yang urut sesuai dengan generic structure narrative text. Paragraph narrative text yang sudah disusun kemudian ditempel pada kertas manila yang disediakan guru di tiap kelompok. Hasil dari kegiatan ini setiap kelompok menghasilkan satu text narrative.

Kegiatan siswa menyusun kata menjadi kalimat dan menyusun kalimat menjadi paragraph, melatih siswa untuk memahami unsur kebahasaan yang digunakan dalam narrative text.  Kegiatan ini untuk mengukur pencapaian tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan berbagai unsur kebahasaan yang digunakan. Sedangkan kegiatan siswa menyusun paragraph menjadi text, melatih siswa memahami generic structur narrative text, yaitu orientation,complication and resolution.

Berdasarkan pengamatan guru, kegiatan ini sangat bermanfaat untuk pembelajaran. Dari segi keaktifan siswa sangat terlihat. Siswa saling bekerja sama dalam menyusun kata menjadi kalimat. Semua siswa bertanggung jawab untuk ikut aktif. Semangat siswa terpacu untuk segera menyelesaikan kegiatan agar tidak didahului oleh kelompok lain. Ini mmerupakan motivasi yang sangat besar bagi siswa untuk belajar bahasa Inggris. Dari segi pemahaman materi dan kemampuan, siswa terpacu, dan terlatih. Pada saat menyusun kata menjadi kalimat kemampuan kosa kata siswa bertambah. Dengan menggabungkan dan menghubungkan satu kata dengan kata yang lain sehingga menjadi kalimat  yang baik merupakan peningkatan pemahaman kosakata siswa.

Antusias AnakAnak Mengikuti KBM di SMP Negeri 4 Comal, Pemalang – Jawa Tengah

Pada saat kegiatan siswa menyusun paragraph menjadi text narrative, kemampuan siswa diasah untuk memahami bagian-bagian generic structure narrative text. Bagian mana yang termasuk paragraph orientation, bagian mana yang termasuk paragraph complication, dan mana paragraph yang merupakan bagian resolution. Dalam hal ini siswa dapat memahami apa isi bagian orientation, apa isi bagian complication, dan apa isi bagian resolution.

Secara individu reading comprehension narrative text siswa meningkat. Hal ini terbukti setelah siswa mengikuti pembelajaran dengan media scrable kata,  scrable kalimat dan scrable paragraph kemampuan pengetahuan siswa meningkat. Pembelajaran reading comprehension narrative text sebelum menggunakan media scrable nilai siswa 45 % di bawah KKM, 55 % di atas KKM,  dengan rata-rata 78. Setelah pembelajaran reading comprehension menggunakan media scrable kemampuan pengetahuan siswa meningkat. Siswa yang memperoleh nilai pengetahuan di atas KKM menjadi 90 % dan yang mendapat nilai di bawah KKM 10 %, dengan rata-rata 91. Demikian juga dengan kemampuan keterampilan. Kemampuan keterampilan siswa meningkat. Siswa dapat menangkap makna narrative text yang dibacanya dengan baik. Terbukti siswa dapat menyebutkan dan menjelaskan fungsi sosial dan moral value  narrative text dengan baik.

Pembelajaran dengan menggunakan media scrable ini menunjukkan bahwa tujuan yang direncanakan oleh guru dalam rancangan pelaksanaan pembelajaran dapat dicapai. Pencapaian ini mencakup semua aspek tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran pengetahuan, tujuan pembelajaran keterampilan, dan nilai sikap semua menunjukkan peningkatan ketercapaian.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media scrable kata, scrable, kalimat, scrable paragraph dapat meningkatkan kemampuan siswa pada pembelajaran reading comprehension narrative text. Oleh karena itu media ini dapat dijadikan sebagai salah satu pilihan media untuk meningkatkan kemampuan siswa. Baik kemampuan pengetahuan, keterampilan maupun sikap .

Penulis, Eva Saranta Dewi, S.Pd. ( Guru Bahasa Inggris ) SMP Negeri 4 Comal, Pemalang – Jawa Tengah

Related posts