Menumbuhkan Sikap Kerjasama Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Bermain Permainan Tradisional Engklek.

Kegiatan Bermain Permainan Tradisional Engklek

RadarJateng.com, Pendidikan Permainan engklek (dalam bahasa jawa) merupakan permainan tradisional lompat- lompatan pada bidang-bidang datar yang digambarkan diatas tanah, dengan membuat gambar kotak- kotak kemudian melompat dengan satu kaki dari kotak satu ke kotak berikutnya. Permainan engklek biasa dimainkan oleh 2 atau 5 anak perempuan dan dilakukan di halaman. Namun, sebelum kita memulai permainan ini kita harus menggambar kotak- kotak di pelataran semen, aspal, atau tanah menggambar 5 segi empat dempet vertikal kemudian di sebelah kanan dan kiri diberi lagi sebuah segi empat. Permainan tradisional engklek dapat meningkatkan sosial emosional karena permainan tradisional engklek dilakukan dengan kelompok dan akan membantu anak untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman- temannya. Permainan tradisional merupakan salah satu warisan budaya bangsa indonesia dimana pada setiap permainan tradisional terdapat ciri khas dan nilai kearifan lokal dari setiap daerah yang terdapat di indonesia.

Kerjasama adalah kegiatan yang dilakukan sekelompok orang secara bersama-sama untuk mencapai tujuan. Faktor tujuan dalam kerjasama sangat penting karena akan mengarahkan seluruh kegiatan dan menjadi tolak ukur keberhasilan kerjasama yang terikat pada tujuan yang akan dicapai dengan melakukan kegiatan bersama- sama untuk mencapai tujuan tersebut. Menurut Marijan (2012) bahwa “Anak perlu dibelajarkan secara langsung dalam kehidupan mengenai tindakan- tindakan yang berkaitan dengan penanaman sikap.” Salah satunya yang perlu dikembangkan adalah sikap kerjasama dalam berbagai bentuk kegiatan pembelajaran yang akan berdampak bagi kehidupan anak dikemudian hari.

Antusias AnakAnak Bermain Engklek.

 

Read More

Beberapa contoh sikap kerjasama yang dapat ditemukan dalam permainan engklek:

  1. Berbagi Peran: Dalam permainan engklek, setiap pemain memiliki giliran untuk melompat dari satu kotak ke kotak lainnya. Sikap kerjasama muncul ketika pemain yang tidak sedang giliran memberi kesempatan kepada pemain lain untuk melompat, membiarkan mereka mengikuti aturan permainan dengan adil.
  2. Bekerja Sama untuk Mengatur Permainan: Sebelum permainan dimulai, pemain dapat bekerja sama untuk mengatur pola kotak dan menentukan aturan permainan. Hal ini melibatkan diskusi dan kesepakatan bersama untuk menciptakan lingkungan permainan yang adil dan menyenangkan bagi semua peserta.
  3. Mendukung dan Mendorong Teman: Ketika seorang pemain sedang melompat, sikap kerjasama tercermin dalam dukungan dan dorongan dari teman-temannya. Mereka mungkin memberikan semangat kepada pemain yang sedang giliran, memberi instruksi atau bantuan jika diperlukan, atau memberikan pujian atas usaha dan keberhasilan mereka.
  4. Berbagi Strategi dan Keterampilan: Selama bermain, pemain dapat saling berbagi strategi dan keterampilan untuk berhasil dalam melompat. Mereka dapat memberikan tips tentang teknik melompat yang efektif, membantu pemain lain mengatasi hambatan tertentu, atau menyediakan saran untuk meningkatkan kinerja mereka.
  5. Menyelesaikan Konflik dengan Baik: Ketika terjadi konflik atau ketidaksetujuan selama permainan, sikap kerjasama diperlukan untuk menyelesaikan masalah dengan baik. Pemain dapat belajar untuk mendengarkan pendapat orang lain, mencari solusi kompromi, dan menyelesaikan perselisihan tanpa mengganggu kelangsungan permainan.
  6. Berpikir Tim: Terkadang, pemain perlu bekerja sama sebagai tim untuk mencapai tujuan tertentu dalam permainan engklek, misalnya, ketika ada variasi permainan yang memerlukan pemain untuk melompat bersama atau mencapai tujuan tertentu secara bersama-sama.

Dalam permainan engklek, sikap kerjasama bukan hanya tentang memenangkan permainan, tetapi juga tentang belajar bekerja sama, saling mendukung, dan menghargai kontribusi setiap individu dalam mencapai tujuan bersama. Ini adalah nilai yang dapat diterapkan di luar permainan, dalam kehidupan sehari-hari anak-anak.

Penulis, Lin Faoziyah, S. Pd Guru Tk di Cilacap – Jawa tengah

Related posts