Pembelajaran Sains Dengan Pendekatan “Inquiry Learning” Bagi Anak Usia Dini.

Pembelajaran Sains Dengan Pendekatan “Inquiry Learning” Bagi Anak Usia Dini

RadarJateng.com, Pendidikan Sains merupakan ilmu pengetahuan yang dekat dengan kehidupan kita, banyak peristiwa-peristiwa disekeliling kita yang merupakan gejala sains, misalnya sains tentang air, bagaimana air mengalir dari dataran tinggi ke dataran rendah, air yang menempati ruang, peristiwa hujan dll. Ada juga sains tentang tumbuhan missal jatuhnya biji-bijian ke tanah, peristiwa tumbuhnya biji-bijian secara alami, tumbuhan yang memerlukan air dll. Sains tentang cuaca, bagaimana cuaca dipagi hari siang hari dan malah hari. Peristiwa-peristiwa sederhana inilah yang merupakan sains yang sangat melekat dengan kehidupan kita sehari-hari, sehingga dapat dijadikan referensi pembelajaran terutama pembelajaran dan pengenalan bagi anak usia dini.

Disinilah pentingnya guru pendamping dan orang tua dalam mengembangkan sains bagi anak usia dini secara nyata. Hal utama yang dilakukan oleh guru dalam pengembangan sains anak usia dini adalah berfokus pada pengembangan keterampilan proses seperti mengamati, membandingkan, mengukur, mengklasifikasi, mengkomunikasi, menginferensi, membuat model, memprediksi, menyelidiki, menarik kesimpulan dan sebagainya.

Pembelajaran berbasis Inkuiri pada anak merupakan pembelajaran yang melibatkan proses pengamatan baik dilakukan secara individu ataupun kelompok melalui proses mengamati, menanya, menyimpulkan dan eksperiman. Pembelajaran inkuiri pada anak usia dini dimana anak-anak melakukan penyelidikan untuk memahami terhadap suatu objek, dari pengamatan dan penyelidikan tersebut anak akan mengkominikasikan dengan orang lain dan selanjutnya anak melakukan percobaan sederhana untuk mengetahui jawabannya.

Read More

Anak usia dini memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap banyak hal yag ada di dekatnya. Imaduddin  (2017:  951)  mengungkapkan  bahwa,  dunia  anak  usia  dini,yang selanjutnya disebut AUD merupakan dunia yang penuh dengan rasa ingin tahu terhadap apa yang ada di sekitar mereka. AUD umumnya akan begitu bersemangat dalam menggali pengetahuan   tentang   hal – hal   yang   berkaitan   dengan   lingkungan   sekitar   mereka.

Maw and maw mengemukakan cirri-ciri keIngintahuan anak yaitu :

  1. Merespon secara positif terhadap unsur,-unsur yang baru,aneh,tidak layak,atau misterius di lingkungan mereka dengan cara mendekati,memeriksanya,memperhatikannya
  2. Memperlihatkan kebutuhan atau ke inginan yang tinggi untuk mengetahui tentang dirinya sendiri ataupun lingkungannya.
  3. Mengamati lingkungan untuk mencari pengalaman baru, Penuh perhatian memeriksa dan menyelidiki rangsangan yang ada.

Gulo (2017:135) dalam trianto menyatakan strategi inquiry berarti suatu rangkaian kegiatan  belajar  yang  melibatkan  secara  maksimal  seluruh  kemampuan  siswa  untuk mencari  dan  menyelidiki  secara  sistematis,  kritis,  logis,  analitis,  sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

Sasaran utama kegiatan inquiry  learning  adalah

  1. keterlibatan siswa  secara  maksimal  dalam  proses  kegiatan belajar
  2. keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran
  3. mengembangkan sikap  percaya  pada  diri  siswa tentang  apa  yang  ditemukan dalam proses inquiry.

Kegiatan  sains  sebaiknya disesuaikan  dengan  tingkat  perkembangan  dan  karakteristik  anak  tersebut.  Untuk  anak TK,  obyek  tersebut  meliputi  benda – benda  disekitar  anak  dan  benda – benda  yang  sering menjadi perhatian anak seperti air, udara bunyi, api, tanah, tumbuhan, hewan dan dirinya sendiri  merupakan  obyek – obyek  sains  yang  sering  menjadi  perhatian  anak  dan  benda dalam   lingkungan   sekitarnya.

Inquiry   menunjukkan   pemahaman   terkait   hasil   ilmu pengetahuan melalui proses pengamatan. Cuevas dalam Prihatiningtyas (2017: 8) berpendapat bahwa, inquiry mengacu pada aktivitas  yang  bertujuan  untuk  mengembangkan  pengetahuan  dan  pemahaman  akan gagasan  ilmiah,  serta  pemahaman  mengenai  cara  ilmuan  dalam  pempelajari  dunia beserta  alam.  Pembelajaran  science  inquiry  perlu  dikelola  oleh  guru  sedemikian  rupa sehingga   memberi   kesempatan   bagi   anak   untuk   melakukan   aktivitas   mengamati, menganalisis dan membuat sebuah kesimpulan tentang suatu hal yang diamati ataupun ditemui.

Sani  (2019:  226-227)  berpendapat  bahwa,  kegiatan  pembelajaran  berbasis science inquiry memiliki karakteristik, sebagai berikut :

  1. Guru harus melibatkan anak dengan masalah atau skenario yang kompleks
  2. Anak harus diarahkan untuk langsung bekerja dengan metode science inquiry
  3. Science inquiry membutuhkan gambaran pengetahuan yang ada pada anak untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar mereka
  4. Tugas yang diberikan harus menstimulasi rasa ingin tahu pada anak, mendorong mereka untuk aktif mengeksplorasi dan mencari bukti yang baru
  5. Pembelajaran harus  membangkitkan  tanggung  jawab  anak  untuk  menganalisis dan  menyajikan  bukti  dengan  cara  yang  tepat  menggunakan  dukungan  respons mereka sendiri terhadap masalah.

Berdasarkan  penjelasan  para  ahli,  dapat  disimpulkan,  bahwa  karakteristik pembelajaran science inquiry, yaitu:

  1. Science inquiry menekankan  pada  aktivitas  secara  maksimal  untuk  mencari  dan menemukan
  2. Guru harus melibatkan anak dengan masalah yang kompleks
  3. Anak diarahkan untuk langsung melakukan pengamatan kejadia, objek, dan data
  4. Permasalahan yang guru ajukan harus mampu menstimulasi rasa ingin tahu pada anak, sehingga  mendorong  mereka  untuk  aktif  mengeksplorasi  dan  mencari jawaban dari permasalahan tersebut.
  5. Pembelajaran harus  membangkitkan  tanggung  jawab  anak  untuk  menganalisis dan menyajikan bukti dengn cara yang tepat.
  6. Kebermaknaan pembelajaran   didapatkan   oleh   anak   melalui   observasi   dan interaksi dengan guru dan anak lainnya.
  7. Guru mendorong anak untuk mengkomunikasikan kesimpulan yang telah dibuat oleh anak,  sehingga  dapat  bermanfaat  bagi  semua  anak  yang  berada  di  dalam kelas.

Langkah–langkah   pembelajaran   science   inquiry   menurut   Dewey   dalam Ngalimun (2013:36-38), adalah sebagai berikut:

  1. Penerimaan dan  pendefinisian  masalah  Science  inquiry  memungkinkan  guru memperoleh keuntungan dari rasa kei ngintahuan alami anak dan keinginannya untuk mencari penjelasan atas situasi yang membingungkan. Proses ini dimulai ketika anak menerima dan mengidentifikasi sebuah masalah yang membutuhkan penjelasan.
  2. Pengembangan hipotesis  Setelah  situasi  yang  membingung kan  disajikan,  anak mulai mengembangkan hipotesis. Sekali anak telah mengembangkan minat yang dalam  tentang  suatu  masalah,  mereka  harus  dapat  menemukan    Di mulai dari anak mengembangkan dugaan-dugaan sementara yang potensial.
  3. Pengumpulan data Setelah hipotesis diajukan, anak mengumpulkan data untuk menguji hipotesis tersebut. Guru membuat keputusan yang penting sejauh mana anak-anak tersebut mampu menemukan data untuk memecahkan masalah.
  4. Pengujian hipotesis  Setelah  semua  data  dikumpulkan  dan  dicermati,  tahap selanjutnya  adalah  membedakan  antara  penjelasan-penjelasan  yang  tidak dapat   diuji   kebenarannya   dan   penjelasan-penjelasan   yang   cocok   terhadap permasalahan.
  5. Penarikan kesimpulan  sementara proses  pembelajaran  science  inquiry  secara keseluruhan tidaklah dianggap lengkap jika anak belum mempresentasikan dan mengevaluasi informasi. Proses ini melibatkan seluruh anak untuk menarik suatu kesimpulan mengenai proyek pemecahan masalah.

Berdasarkan  pendapat  beberapa  ahli,  dapat  disimpulkan  bahwa,  Langkah-langkah pembelajaran dengan science inquiry, yaitu:

  1. Guru melakukan Langkah-langkah untuk membina kondisi yang positif dan kondusif    pada    anak.    Guru    meminta    anak    untuk    mengamati    dan mendengarkan   penjelasan   tema,   tujuan,   dan   kegiatan-kegiatan   yang   akan dilakukan dalam proses pembelajaran.
  2. Merumuskan   Anak  diberi  kesempatan  untuk  mengidentifikasi  dan mencari  tahu  permasalahan  yang  akan  dipecahkan.  Anak  distimulasi  untuk mencoba mencari tahu jawaban yang tepat dengan merumuskan dalam bentuk pertanyaan.
  3. Mengajukan   Hipotesis  adalah  jawaban  sementara  atas  pertanyaan yang    telah    diajukan    anak.    Cara    yang    dapat    dilakukan    guru    untuk mengembangkan    kemampuan    membuat    hipotesis    anak    adalah    dengan mengajukan  berbagai  pertanyaan  yang  bisa  menstimulasi  anak,  agar  dapat merumuskan   jawaban   sementara   dari   suatu   permasalahan   yang   sedang berusaha dipecahkan.
  4. Mengumpulkan    Pengumpulan   informasi   atau   data   untuk   menjawab pertanyaan yang membuktikan benar tidaknya hipotesis yang telah dibuat oleh anak. Anak diberikan kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan.
  5. Menguji   Menguji  hipotesis  atau  verifikasi  yang  dilakukan  adalah menguji  kebenaran  dari  hipotesis  yang  telah  dirumuskan  sebelumnya.  Menguji hipotesis    sama    seperti mengembangkan    kemampuan    berpikir    rasional. Kebenaran   yang   berhasil   ditemukan   oleh   anak   bukan   hanya   berdasarkan argumentasi, namun juga mesti didukung data yang dapat dipertanggungjawabkan.
  6. Membuat   Berdasarkan  hasil  verifikasi  yang  telah  dilakukan,  anak belajar  untuk  membuat  kesimpulan  dengan  mendeskripsikan  temuan  yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Pembelajaran Sains Dengan Pendekatan “Inquiry Learning” Bagi Anak Usia Dini

Contoh penerapan sains inquiry learning tentang lingkungan

Benda Terapung dan tenggelam

Tujuan : anak mengidentifikasi bagaimana benda bisa terapung dan tenggelam jika didalam air

Alat dan bahan : air didalam baskom, batu, kertas, kunci, kayu

Strategi pembelajaran :

  • Guru menata invitasi yang dapat meninspirasi pemikiran anak tentang benda-benda yang dapat terapung dan tenggelam
  • Bercaka-cakap dengan anak kenapa benda ada yang terapung dan ada yang tenggelam Ketika dimasukkan kedalam air?

Kira-kira benda apa yang akan terapung? Dan benda apa yang akan tenggelam?

  • Guru mengdengarkan pendapat dan jawaban anak serta mendiskusikan ide yang disampaikan anak tentang berat benda.
  • Anak mencoba meletakkan benda kedalam air untuk membuktikan benda – benda apa saja yang terapung dan tenggelam
  • Anak diberi kesempatan untuk mencari benda-benda lain disekitarnya untuk diuji cobakan
  • Mendukung rasa ingin tahu anak “ bisakah benda yang terapung jadi tenggelam, dan bisakan benda yang tenggelam menjadi terapung?” anak mulai melihat kertas yang tadinya terapung jadi tenggelam dan anak akan mulai berfikir sebuah kapan yang besar bisa terapung diatas air
  • Guru menfasilitasi anak untuk melakukan eksperimen yang lebih dengan menggunakan tutup gelas logam
  • Tutup gelas diletakkan didalam air dengan posisi miring,maka tutup gelas akan tenggelam
  • Tutup gelas diletakkan didalam air dengan posisi tengadah maka tutup gelas akan terapung

Dengan guru sebagai fasilitator bagi anak yang mendorong anak untuk berfikir kritis terhadap sesuatu dilingkungannya, rasa ingin tahu anak akan semakin meningkat dan anak akan mencari jawabannya sendiri dengan bereksperimen dan melakukan percobaan-percobaan sederhana.

Penulis : Fauzia Asmaida, S.Pd, TK Dwi Warna Surabaya – Jatim

Daftar Pustaka

Imaduddin, Muhamad. 2017. “Mendesain Ulang Pembelajaran Sains Anak Usia Dini yang

Konstuktif    Melalui    Steam    Project – Based    Learning    Yang    Bernuansa    Islami”. Proceedings of Annual Conference for Muslim Scholars, 2: 950-958.

Ngalimun. 2013. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Andrisyah, A. (2019). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sains Melalui Pendekatan Inquiry (Penelitian Tindakan di Kelompok A TK Bakti Mulya 400, Pondok Indah, Jakarta Selatan Tahun 2015). Tunas Siliwangi: Jurnal Program Studi Pendidikan Guru PAUD STKIP Siliwangi Bandung, 4(2), 60-70.

ANDRIANI, D. (2017). PENGARUH METODE PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SAINS (Studi Eksperimen Dalam Pembelajaran Tema Lingkungan Pada Anak Kelompok B di PAUD Kreativa Gebang Baru Mataram Tahun Ajaran 2016/2017) (Doctoral dissertation, Universitas Mataram).

Related posts