Bermain “Mencari Daun” Untuk Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini

RadarJateng.com, Pendidikan – Bermain adalah hak setiap anak. Bermain merupakan lahan anak-anak dalam mengekspresikan segala bentuk tingkah laku yang menyenangkan dan tanpa paksaan. Pada mulanya, bermain dianggap sebagai kegiatan yang dipandang sebelah mata. Awalnya kegiatan bermain belum mendapat perhatian khusus dari para ahli ilmu jiwa, mengingat masih kurangnya pengetahuan tentang psikologi perkembangan anak dan kurangnya perhatian terhadap perkembangan anak pada masa lalu (Sugianto 1995:4).

Namun, dengan kemajuan teknologi dan dukungan hasil penelitian mutakhir menjadikan kegiatan bermain menempati urutan wahid pada kegiatan untuk anak-anak. Kegiatan bermain selalu kita temui dimana ada anak-anak, baik disekolah, di rumah, maupun di tempat fasilitas umum. Anak-anak dan bermain bagai dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Anak-anak tak akan lepas dengan kegiatan bermain dan bermain tidak akan terjadi ketika tidak ada anak-anak yang ingin bersendau gurau.

Bermain bagi anak usia dini dapat digunakan untuk mempelajari dan mempelajari banyak hal, dapat mengenal aturan, bersosialisasi, menempatkan diri, menata emosi, toleransi, kerja sama, dan menjunjung tinggi sportivitas (Mulyasa 2014:166). Selanjutnya dituturkan oleh Ailwood (2003): Bermain dalam pendidikan anak usia dini membentuk titik simpul yang signifikan di mana pemahaman dan wacana tentang masa kanak-kanak, keibuan, pendidikan, keluarga, psikologi, dan kewarganegaraan menggumpal dan bertabrakan. Penuturan dari Ailwood tersebut, bermakna bahwa bermain pada lembaga PAUD merupakan suatu titik temu antara pemahaman dan percakapan yang terjadi pada anak, orang tua, pendidikan, keluarga, psikologi dan penguatan terhadap kenegaraan.

Read More

Disimpulkan bahwa bermain merupakan aktivitas mendasar anak yang dilakukan sendiri, bersama pendidik, keluarga, teman maupun orangtua yang mana kegiatan tersebut dilakukan secara sukarela, menyenangkan, dan tanpa paksaan, dengan bermain anak-anak akan mampu memahami aturan-aturan, bekerja sama, dan bersosialisasi.

Bagi anak usia dini, bermain memiliki beberapa esensi yaitu: 1) motivasi internal, dimana anak-anak melakukan kegiatan bermain atas kemauan diri sendiri dan tanpa paksaan; 2) aktif, yakni ketika anak-anak melakukan berbagai kegiatan yang melibatkan fungsi fisik dan mental; 3) nonliteral, berarti anak-anak mampu melakukan apa saja sesuai keinginan, terlepas dari realitas seperti berpura-pura memainkan sesuatu; dan 4) tidak memiliki tujuan eksternal yang ditetapkan sebelumnya, merupakan esensi dari bermain bahwa bermain dilakukan atas dasar partisipasi semata (Suyanto 2003:145-146).

Banyak metode yang bisa dilakukan untuk bermain, salah satunya bermain dengan alam, manfaatkan alam disekitar anak untuk media belajar. Salah satunya dengan mencari halaman disekitar halaman sekolah.

Banyak sekali manfaat bermain, antara lain untuk pengembangan kognitif anak. Misalanya dengan permainan sederhana “ Mencari Daun “. Dalam permainan mencari daun ini dimulai anakanak dan guru membuat kesepakatan main terlebih dahulu agar anak mengetahui cara bermainya. Setelah itu anakanak mencari daun yang jatuh disekitar halaman sekolah sesuai instruksi guru. Kemudian guru menilai setiap anak apakah jumlah daun yang dicarinya sesuai. Sebelumnya guru menjelaskan apersepsi tentang daun. Apa itu daun, siapa yang menciptakan daun, apa saja kenis – jenis daun dan sebagainya yang mendukung anak agar berpikir kritis.

Penulis : Rama Yani, S.Pd. TK. Intan Pertiwi Desa Kota Intan Kecamatan Kunto Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu, Profinsi Riau

Related posts